Friday, 3 July 2015

Till We Meet Again


Pagi kali ini indah sekali. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, aku beranjak dari tempat tidur dengan mata berbinar secerah mentari. Angin sepoi-sepoi yang berhembus lewat jendela yang aku buka seakan mengajaku bercanda. Aku melemparkan senyum dan balik menyapa sang angin seakan dia mengerti akan senyumku. Aku mulai bernyanyi bersaut-sautan dengan beberapa ekor burung pipit yang hinggap di ranting pohon samping jendela.
Jika saja hari ini hujan, angin bertiup kencang disertai petir yang menyambar, maka akan lengkaplah penderitaanku. Hari ini adalah hari terakhir bagiku untuk bekerja sebagai part-timer di kampus. Aku memilih resign dari kantor marketing bebrapa minggu lebih awal mengingat waktu untuk menjalankan profesi yang sudah semakin dekat. Meninggalkan kantor marketing ini merupakan hal yang mudah saja aku lakukan, namun sulit bagiku untuk meninggalkan setiap pribadi mereka yang ada di tim marketing ini.
Ah, aku tidak mau berkutat dengan perasaan mellow ini. Aku menyemangati diri agar bisa memberikan yang terbaik di hari terakhirku bekerja. “Ayo, Ruth, kamu harus semangat!” gumamku dalam hati.
Aku langkahkan kakiku dan menyusuri halaman kampus. Terhampar hamparan rumput hijau dihiasi pepohonan rindang yang menyelimutiku agar sang mentari tidak menembus kulit. Ku jumpai ada beberapa tukang kebun kampus dan kemudian menyapa mereka. Sapaanku disambut dengan senyum hangat dari ibu-ibu tukang kebun yang sedang menyapu. Senyum hangat mereka mendaamaikan hatiku.
Staff Only”. Itulah tulisan pertama yang aku lihat dari pintu luar untuk memasuki ruangan admission call center. 6 Bulan sudah aku berada di sana. Dan, yap.. Beberapa jam lagi aku tidak akan berada di ruang itu. Aku terdiam sebentar dan kemudian masuk ke ruangan itu. Aku melihat ada “anggota keluargaku” di dalam ruangan itu. Terasa sangat hangat mereka menyapaku saat ini.
“Ruth, hari ini hari terakhirmu disini ya nak? Hikshiks” Ujar Bu Elsa (Kasubbag Admission Call Center) dengan wajahnya yang sedih namun tetap cantik
“Waah iya ya Ruth kamu udah ga kerja disini lagi ya nanti? Will miss you” tambah Kak Rilly, Staff yang sering di-bully oleh seluruh part timer.
Pertanyaan-pertanyaan yang sama pun mulai dilontarkan oleh mereka semua yang ada disitu. Mereka mulai mengelilingiku dan mulai menjabat tanganku satu per satu. Aku tak kuasa menahan haru, namun tak kutumpahkan pula dalam bentuk tangis. “Terlalu konyol bagi Ruth untuk menangis di kantor” piikirku dalam hati.
Bu Elsa menambahkan dengan nada bicaranya yang lucu “Yaah, setelah ini  udah gaada seru-seruan dong. Ruth resign hari ini, minggu depan dua Fankhui ini (Olla sama Noel) juga udah ga bakal masuk. Sedih niiih.” Satu ruangan pun terkekeh. Tertawa tiada hentinya. Maklum, part-timer yang ada di Admission Call Center kebanyakan adalah fresh graduate dari jurusan Keperawatan yang terkenal dengan “ke-gokil-an”. Kami sebentar lagi akan masuk dunia profesi (kalo bahasa beken kedokterannya Co-assistance/Koas) yang tidak mengenal kata istirahat.
Dari luar ruangan, terlihat Dennis dan Ko Lucky berjalan mengarah ke ruangan kami.
“Uthee, farewell ya? Gw mau fotoan sama lu doong..” Sahut Dennis girang. Entahlah dia sebenarnya mau berfoto dalam rangka ingin  mengabadikan momen ini atau karena dia nge-fans sama aku (hihi peace Den :P ).
Joey dengan aksen “Britishnya” pun tidak mau kalah memberikan komentar “Ruth, I shou’ tek pi’cer with ya tuu.” Kira-kira begitulah aksennya jika ditulis dalam kata-kata (ampun Joey gw lebay).
Sahutan Dennis dan komentar Joey pun memecahkan suasana hatiku yang hampir mellow saat itu diikuti dengan tawa girang oleh semua orang di ruangan itu. Akhirnya semuanya berbaur dan menyetujui ide Dennis. Kami pun melakukan foto bersama.
Inilah beberapa gambar yang sempat diabadikan siang tadi. 
 Hasilnya....

                                  



                                               


Sejak menulis tulisan ini, aku mulai merindukan mereka. Aku merindukan Bu Elsa yang sudah ku anggap sebagai Mamih sendiri (You are more than BEST, Bu). Aku merindukan Joey dengan gayanya yang childish dan aksen singlish serta britishnya. Aku merindukan Dennis yang awkward namun ternyata asik diajak ngobrol (maklum, dia aku kategorikan sebagai anak Psi yang aneh). Aku merindukan Ko’Lucky yang humble. Dan terakhir, aku merindukan Mas Rilly (Koko Jadi-jadian, China Wanna Be padahal dia Huana (ups)). Aku akan selalu merindukan Keluarga Admission yang tidak pernah “diam”. Aku tidak tahu lagi akan jadi seperti apa ruangan itu setelah aku resign dan diikuti oleh Noel dan Olla serta part timer yang lain. Aku akan sangat merindukan ruangan itu, terlebih mereka semua yang ada di dalamnya.
Till we meet again..


No comments:

Post a Comment