Awan kelabu menutupi langit, pepohonan bergerak ke kiri dan kanan, serta hujan yang kian deras yang menjadi instrument yang membuat Fira hanyut dalam indahnya lamunan di sore hari. Sebagai seorang phobia hujan, Fira tidak tahu mengapa saat itu ia tidak takut terhadap hujan yang turun tapi ia malah menikmatinya.
Seperti biasanya sejak mengakhiri hubungan dengan Okta, teman sekelasnya, Fira menghabiskan sore hari dengan menyeduh segelas teh hijau, laptop di atas pangkuan kakinya, dan earphone di telinganya. Ia mengotak-atik benda elektronik di pangkuannya mulai dari membuka foto, mendengarkan musik lewat laptop, video, hingga browsing. Terkadang ia bisa menghabiskan kira-kira 2 jam untuk membuka link-link kesukaannya seperti facebook, twitter, blogspot, dan info mengenai bioteknologi.
Loving You yang dimainkan Kenny G yang didengarnya serta journal info bioteknologi terbaru yang dibacanya membuat ia tidak menyadari bahwa hp-nya saat itu sedang berdering. Saat instrument lagu itu berhenti, ia pun tidak menyadari bahwa hp-nya berdering karena nada panggil pada hp-nya juga adalah lagu Loving You. Bermaksud untuk mematikan lagu yang didengarnya, ia malah mendapati 3 panggilan tak terjawab dari layar handphone Blackberry-nya. Panggilan itu berasal dari mantan kekasihnya saat ia masih duduk di bangku SMP.
Handphone pun kembali berdering. Nama orang yang sama tertera di layar handphone. Fira berdeham dan kemudian menjawab telepon tersebut. Tak banyak hal yang diceritakan mereka di telepon, hanyalah kabar, sekolah, serta beberapa cerita masa lalu yang diceritakan kembali. Di balik telepon tersebut, terdengar nada yang sangat gembira dan bahagia. Hal itu mungkin terjadi karena mereka sudah 3 tahun tidak saling menyapa.
Saking gembiranya Fira karena menerima telepon dari teman lamanya, ia kemudian menuliskan kejadian barusan di akun twitter dan facebooknya. "I've recieved a call from my ex-" seperti itulah bunyi tulisan yang tertera pada akun twitter dan facebooknya. Ia benar-benar merasa sangat gembira dengan telepon yang dijawabnya tadi.
Diluar dugaan, posting-an di twitternya mengundang pelbagai kontrofersi. Beberpa teman kelasnya bertanya apakah yang ia maksudkan di twitter tersebut adalah Okta seorang lelaki yang baru saja putus dengannya. Ia hanya menjawab bahwa ia memiliki beberapa mantan pacar. Ia bahkan tidak berpikir bahwa saat ini Okta telah memiliki perempuan lain yang berkemungkinan besar membacapostingan-nya si twitter karena salah satu followers di akun Fira adalah perempuan itu, Melisa.
Benarlah kenyataan itu, Melisa membaca postingan Fira yang duduk di posisi terdepan padatimeline twitternya. Selang beberapa menit, timeline Fira pun dipenuhi dengan kata-kata yang tidak menyenangkan dari Melisa. Merasa bosan karena melihat timeline-nya dipenuhi dengan coretan Melisa, ia pun beralih ke link Facebook. Di link facebook, ia mendapati Okta menuliskan hal yang benar" tidak ingin dilihatnya. Menuliskan sesuatu yang benar-benar seperti tertuju pada dirinya. Dadanya begitu sesak, ia kemudian terisak perlahan dalam hatinya.
Diam merupakan pilihannya. Ketika dipaksa jujur oleh ibunya, Fira tak mengeluarkan kata-kata apapun selain diam dan menatap layar laptopnya yang ber-walpaper Mickey itu. Ia kemudian mengisyaratkan ibunya untuk keluar dari kamarnya karena ia begitu merasa sedih dan tidak ingin diganggu siapapun.
Sesekali ia mencoba melihat kembali apa yang dituliskan Okta pada status facebooknya. "Berikan tepuk tangan yang meriah utk mrs perusak hubungan..Yeah ternyata ia sngat hebat & brbakt utk hal2 sprti ini..Mkanya sblum brbuat diwaktu yang lalu pikir,,Mrs kan pandai, cerdas dan hebat kenpa harus bertindak seBODOH ini...Tapi,, hebat kau dapt merusak hubunganku..." tulisan tersebut membuat debaran jantungnya semakin kencang. Fira semakin tak percaya kalau Okta yang menuliskan hal tersebut di status facebooknya.
Fira kemudian beranjak dari kamar tidurnya dan bergegas menuju teras. Ia menatap langit yang masih ditemani jatuhnya rintik-rintik hujan. Fira duduk disamping sebuh pohon remaja yang kira-kira tingginya 145cm yang sedang dibasahi hujan. Angin yang bertiup kencang kemudian membasai dirinya. KArena sedikit jengkel dengan keadaan tersebut, ia kemudian menamai pohon itu dengan nama Tree-teen March. Nama itu sekalian membuat dirinya mengenang akan hari kejadian dimana ia kecewa terhadap Okta. Seketika itu juga sungai kecil pun mulai terbentuk di pipinya yang chubby. Ia benar-benar sangat kecewa terhadap Okta. Ia sangat yakin bahwa tulisan yang ada di status Okta benar-benar ditujukan kepadanya. Fira bertekat untuk menanyakan kebenaran hal tersebut pada Okta pada keesokan harinya.
Apa yang diduga Fira ternyata benar. Okta menujukan tulisan itu kepada dirinya. Okta berpikir bahwa Fira secara sengaja menuliskan di timeline twitternya untuk membuat Melisa cemburu. Okta pun tak menyangka bahwa sebelum berpacaran dengannya, Fira telah mempunyai mantan pacar yang lain.
Nasi telah menjadi bubur. Tulisan yang dibuat Okta sudah terlanjur membuat Fira kecewa dan marah terhadapnya. Rasa sayang yang tadinya masih ada sedikit didalam hatinya kini digantikan dengan dendam dan amarah. Berbagai kata maaf yang keluar dari mulut Okta tak berarti apa-apa lagi bagi Fira.
Hari-hari pun berlalu, mau tidak mau Fira harus mendapati kenyataan bahwa ia telah melewati berbagai momen bersama Okta, tapi tidak pernah mementingkan bahwa Okta benar-benar ada. Hubungan mereka membaik, tetapi tidak dengan rasa benci Fira terhadap Okta.
Bebebrapa kali Okta meminta maaf pada Fira, dengan harapan setelah Fira memaafkannya maka harapan untuk bersama kembali masih ada. Benar, Fira memaafkan Okta, tapi menbolak untuk kembali berhubungan dengannya. Fira selalu teringat dengan Tree-teen March, dengan momen 13 Maret itu. Fira tidak mau kembali kepada orang yang telah mengata-ngatainya yang tidak-tidak, walaupun sebenarnya rasa sayang Fira terhadap Okta masih sama dengan rasa yang dulu. Fira membenarkan kata pepatah "Perempuan mampu mencintai seorang laki-laki disaat ia benar-benar membenci laki-laki tersebut".